SISTEM INFORMASI SUMBERDAYA LAHAN
“PENGGUNAAN
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) PADA PERUSAHAAN KELAPA SAWIT”
I. PENDAHULIAN
GIS merupakan suatu
bidang kajian ilmu yang relatif baru yang dapat digunakan oleh berbagai bidang
disiplin ilmu sehingga berkembang dengan sangat cepat. Berdasarkan International
GIS Dictionary atau directory internasional GIS, pengertian dari GIS adalah
a computer system for capturing, managing, integrating, manipulating,
analysing and displaying data which is spatially referenced to the Earth. Sistem
Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) yang selanjutnya akan disebut
SIG merupakan sistem informasi berbasis komputer yang digunakan untuk mengolah
dan menyimpan data atau informasi geografis (Aronoff, 1989).
SIG mempunyai kemampuan
untuk menghubungkan berbagai data pada suatu titik tertentu di bumi,
menggabungkannya, menganalisa dan akhirnya memetakan hasilnya. Data yang akan diolah pada SIG merupakan data
spasial yaitu sebuah data yang berorientasi geografis dan merupakan lokasi yang
memiliki sistem koordinat tertentu, sebagai dasar referensinya. Sehingga
aplikasi SIG dapat menjawab beberapa pertanyaan seperti; lokasi, kondisi,
trend, pola dan pemodelan. Kemampuan inilah yang membedakan SIG dari sistem
informasi lainnya.
Kelapa sawit merupakan
komoditas hutan industry yang menyumbang devisa yang tinggi bagi Insonesia.
Luasnya areal maupun ruang lingkup pekerjaan dalam suatu perkebunan kelapa
sawit, merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dalam proses perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan serta perkembangannya. Pengelolaan perkebunan ini
memerlukan usaha untuk memperbaiki sistem agribisnis perkebunan kelapa sawit
yang didukung oleh berbagai informasi penunjang. Kebutuhan akan sistem
informasi yang baik dan lengkap dapat memanfaatkan sistem informasi geografis
yang telah dikembangkan.
II.
PEMANFAATAN
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (GIS) UNTUK PENGELOLAAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
Kondisi
perkebunan kelapa sawit yang sangat luas dan tersebar di berbagai lokasi yang
berjauhan berdampak pada volume data serta informasi yang besar dan kompleks
yang selalu terkait dengan informasi spasial (geografis) atau lokasi baik
global maupun rinci. Pengembangan sistem informasi yang handal dan terintegrasi
dapat menunjang kegiatan operasional untuk meningkatkan kinerja pengolahan
perkebunan kelapa sawit. Untuk mewujudkan hal ini, sebuah perusahaan kelapa
sawit membutuhkan pengembangan sistem informasi yang berbasis data spasial atau
yang lebih dikenal sistem informasi geografis (SIG).
Proses
pengambilan keputusan pada kegiatan divisi-divisi operasional perusahaan kelapa
sawit akan sangat terbantu dengan adanya sistem informasi yang bereferensi
spasial seperti pada proses perencanaan, pemeliharaan dan pengawasan
perkebunan. Sistem informasi geografis yang terkait dengan objek-objek yang ada
di perkebunan, merupakan sistem yang cocok untuk dikembangkan. Untuk membangun
sistem informasi geografis perlu disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan
perusahaan, terutama dalam beberapa hal seperti pemanfaatan data spasial untuk
pengembangan sistem informasi, data dan informasi yang dibutuhkan, serta
pengintegrasian data spasial dengan data dan informasi non spasial yang
bberkaitan.
Ada
beberapa tahapan untuk mengembangkan SIG pada sebuah perusahaan kelapa sawit.
Langkah pertama yaitu melakukan kajian dan evaluasi terhadap sistem informasi
yang sudah ada pada perusahaan tersebut. Kemudian menganalisis kebutuhan untuk
sistem informasi yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pengguna. Dan yang
terakhir mengintegrasikan sistem informasi spasian dengan sistem informasi yang
sudah ada pada divisi-divisi operasional melalui pengembangan prototype.
Ruanglingkup kegiatan dalam perusahaan kelapa sawitmencakup banyak hal
diantaranya : Persiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, hingga
panen.
Selama
ini data dan informasi perkebunan hanya disajikan dalam bentuk laporan yang
berisi angaka dan teks, sedangkan peta disajikan dengan cara manual pada
kertas. Dari berbagai ruanglingkup kegiatan di perkebunan kelapa sawit tersebut
dapat diambil beberapa divisi yang dapat dikembangkan menggunakan SIG yaitu:
panen, pemupukan, hama dan pernyakit serta infrastrukturnya. Informasi yang
dibutuhkan dalam operasional perkebunan adalah informasi dasar perkebunnan,
informasi panen harian, informasi pemupukan, informasi hama penyakit tanaman
serta informasi infrastruktur perkebunan. Semua informasi tersebut memerlukan
informasi spasial (geografis) yang dideskripsikan dengan unsure-unsur informasi
kegiatan perkebunan yang bersangkutan.
Jenis
– jenis informasi yang dibuthkan pada divisi kegiatan perkebunan sawit diatas
yaitu:
Jenis
Informasi
|
Kebutuhan
Informasi
|
Informasi
dasar perkebunan
|
1. Pembagian areal afdeling dan blok tanaman sawit
2. Luas blok dan luas tanam kelapa sawit
3. Tahun mayoritas penanaman setiap blok
4. Jumlah pohon setiap blok dan jumlah pohon
produktif
5. Periode sensus pohon dan pelaksanaanya
6. Sebaran pohon kelapa sawit setiap blok
7. Gambar lokasi blok perkebunan secara detail
|
Panen
|
1. Waktu panen dan jumlah blok yang dipanen
2. Volume TBS yang dipanen dan yang dikirim ke pabrik
3. Kualitas TBS
4. Jumlah pemanen dan pengkutan
5. Lokasi blok yang dipanen
|
Pemupukan
|
1. Rekomendasi pemupukan
2. Rencana dan realisasi pemupukan
3. Kelengkapan pemupukan dalam satu periode
4. Lokasi blok rencana dan realisasi pemupukan
|
Hama
dan Penyakit tanaman
|
1. Inspeksi hama dan penyakit
2. Pengendalian hama dan penyakit
3. Deteksi hasil pengendalian
4. Lokasi penyebbaran hama dan penyakit tanaman
|
Infrastruktur
tanaman
|
1. Jenis infrastruktur
2. Rencana pembangunan atau perbaikan
3. Status infrastruktur
4. Realisasi pembangunan atau perbaikan
5. Lokasi dan penyebaran infrastruktur.
|
Perancangan
sistem informasi dilakukan dengan teknik pemodelan yang berorientasi proses dan
data. Model proses dijelaskan dengan data flow diagram (DFD) yang secara logika
menggambarkan aliran data dari suatu sumber melalui suatu proses dalam sistem
hingga menjadi keluaran informasi. Diagram konteks pengambangan SIG pada
beberapa divisi dalam perkebunan kelapa sawit diatas yaitu:
Perancangan
data difokuskan pada struktur basis data sapasial maupun non spasial. Basis
data spasial dibagi kedalam beberapa lapisan data (layer) sesuai dengan
karakteristik data perkebunan, sedangkan basis data non spasial ditentukan
berdasarkan kebutuhan informasu untuk setiap kegiatan operasional perkebunan.
Kebutuhan data spasial untuk pengelolaan perkebunan kepala sawit dapat mencakup
berbagai layer, seperti: batas perkebunan, batas afdeling, batas blok, jalan
angkut, hidrologi, jembatan dan gorong-gorong, tapak bangunan, garis ketinggian
dan pohon kelapa sawit.
Untuk
melengkapi perancangan sistem informasi geografis, dilakukan perancangan antar
muka untuk pengguna (user interface) sehingga sistem informasi ini menjadi
lebih mudah digunakan.
Pengembangan Prototipe
SIG
SIG
pengelolaan perkebunan kelapa sawit dirancang dan dikembangkan dalam lingkungan
teknologi client-server PC network berbasis windows. Pengembangan prototype
sistem informasi geografis mengintegrasikan data sapsial dengan data kegiatan
operasional yang sebelumnya ditangani oleh sistem informasi yang ada. Pada
prototype SIG terdapat menu-menu serta button untuk memproses data menjadi
produk informasi dasar, panen, pemupukan, hama penyakit tanaman serta
infrastruktur perkebunan. SIG ini dilengkapi dengan tools untuk berinteraksi
dengan peta digital yang ditampilkan pada area peta.
Areal
perkebunan kelapa sawit ditata menjadi beberapa afdeling dan blok tanaman untuk
mempermudah pengelolaan dan pengawasan kegiatan operasional perkebunan. Menu
pencarian (search) dibuat untuk memudahkan pengguna mencari lokasi afdeling
atau blok tanaman tertentu pada suatu lokasi perkebunan kelapa sawit.
Informasi
dasar blok perkebunan merupakan informasi yang selalu dipakai pada setiap
kegiatan pengelolaan perkebunan. Informasi ini terdiri dari nama afdeling, nama
blok, luasan blok, jumlah pohon, kerapatan pohon, tahun tanam dan sebagainya.
Informasi
panen harian terdiri dari volume TBS yang dipanen pada setiap blok atau
afdeling yang meliputi jumlah janjang yang dipanen, jumlah janjang yang
terangkut ke pabrik, jumlah yang tidak terangkut, jumlah janjang yang
kualitasnya buruk, jumlah pemanen, dan jumlah rute pengangkutan. Selanjutnya
dari informasi ini dapat dihitung rekapitulasi total volume masing-masing item
serta berat janjang rata-rata pada panen hari yang bersangkutan. Lokasi blok
yang dipanen ditunjukkan pada peta dengan warna tertentu. Dari informasi ini
sistem dapat mengevaluasi kinerja panen dari waktu ke waktu selama periode
tertentu, sehingga dapat menampilkan informasi produktivitas setiap blok tanam.
Menu
informasi pemupukan berfungsi untuk melihat informasi tersebut pada satu
periode (rotasi) pemupukan untuk jenis pupuk tertentu. Informasi ini terdiri
atas volume rencana dan realisasi pemupukan pada setiap blok atau afdeling,
tanggal terakhir pelaksanaan pemupukan pada satu rotasi, dan luas areal yang
telah dipupuk. Blok-blok yang telah dipupuk dapat dilihat pada peta yang diberi
warna tertentu. Dari informasi ini, sistem dapat mengevaluasi kualitas
pemupukan dari waktu ke waktu selama periode tertentu, sehingga dapat
menampilkan informasi kelengkapan unsure hara untuk setiap blok tanaman.
Selanjutnya
terdapat menu yang berfungsi untuk memantau hasil inspeksi hama dan penyakit
tanaman kelapa sawit pada seluruh areal
perkebunan. Informasi serangan hama dan penyakit untuk jenis tertentu pada satu
bulan inspeksi terdiri dari: nama blok tanaman, tanggal inspeksi pada bulan
yang dipilih, jumlah sampel pohon kelapa sawit, jumlah pohon yang terserang,
intensitas serangan, kategori serangan dan luas areal blok yang terserang.
Blok-blok yang telah terserang hama dan penyakit tanaman tertentu dapat
diperlihatkan pada area peta dengan warna yang berlainan untuk setiap kategori
serangan (berat, sedang atau ringan). Informasi serangan hama/penyakit ini
digunakan oleh divisi hama dan penyakit tanaman (HPT) sebagai dasar untuk
pengendalian hama/penyakit yang berkategori sedang dan berat dengan perlakuan
khusus sesuai dengan kondisi serangan.
Sistem
ini juga dapat memantau infrastruktur perkebunan (bangunan, jalan angkut dan
jembatan/gorong-gorong) secara berkala diseluruh areal perkebunan sebagai
masukan untuk emlihat kondisi infrastruktur, melakukan pemeliharaan dan
pembangunan infrastruktur. Keberadaan informasi yang bersifat spasial akan
sangat bermanfaat dalam melakukan perencanaan, pemeliharaan maupun pengembangan
infrastruktur. Sebagai contoh diperlihatkan kondisi bangungan yang ada pada
suatu afdeling, yang berisi informasi bangunan yang terdiri dari: nama, tipe,
luas, jenis, tahun pembuatan, rehab terakhir, penghini dan kondisi bangunan
saat ini.
Manfaat
yang diperoleh melalui penggunaan sistem informasi geografis (GIS) pada
perkebunan kelapa sawit yaitu:
Manfaat
Langsung
|
Manfaat
tak Langsung
|
· Tersedianya basis data spasial yang dapat
digunakan untuk keperluan berbagai divisi di perkebunan kelapa sawit
· Adanya konsistensi dan akurasi data
· Adanya percepatan waktu proses manual dengan SIG
· Effisiensi dalam penggunaan bahan untuk pembuatan
peta tematik, karena semua proses tersebut telah dilakukan secara elektronik
· Penghilangan duplikasi data
· Meningkatkan kualitas produk informasi
|
· Basis data lebih mudah di update oleh divis-divisi
yang bersangkutan
· Terselenggaranya data sharing dalam bentuk
implementasi yang sesungguhnya bagi divisi-divisi yang memerlukan data
· Peningkatan pengambilan keputusan manajemen yang
lebih baik
· Koordinasi antar divisi yang terkait lebih mudah
dilakukan melalui jaringan local (LAN)
· Perbaikan moral karyawan dengan adanya eliminasi
pekerjaan yang membosankan.
|
III.
KESIMPULAN
Sistem
informasi geografis dapat digunakan untuk membuat pemodelan dan analisis
sebagai dasar untuk pengambilan keputusan yang lebih baik dan akurat, dalam
rangka meningkatkan kinerja pengelolaan perkebunan kelapa sawit. Sistem
informasi geografis pengelolaan perkebunan kelapa sawit dalam jangka panjang
akan berpengaruh terhadapt effisisensi biaya secara signifikan dibandingkan
dengan sistem informasi yang telah ada. Salah satu kelebihan sistem informasi
geografis adalah kemampuannya dalam melakukan pemodelan terhadap suatu kasus
berdasarkan data spasial.
Dibangunnya
sistem informasi geografis (SIG) berimplikasi pada menejemen pengelolaan
perkebunan kelapa sawit seperti perlunya investasi untuk pengembangan sistem,
akuisisi data, pengadaan perangkat keras dan lunak, serta untuk pemeliharaan
sistem. Pada saat tertentu diperlukan jalinan kemitraan dengan lembaga lain
atau konsultan ahli dalam pemetaaan dan SIG. pemakaian SIG akan berimplikasi
pada efisiensi waktu dan biaya proses sistem informasi, kemudahan analisis
masalah, peningkatan kualitas informasi dan berbagai manfaat yang dapat
diperoleh.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.2012. Sistem Informasi
Geografis. www.wikipedia.org. diakses
pada tanggal 23 September 2012.
Jogiyanto, HM. 1999. Analisis dan Sedain Sistem Informasi,
Penerbit Andi, Yogyakarta.
Suroso AI, Seminar KB, Satriawan P.
2004. Pengembangan Sistem Informasi Geografis Untuk Pengelolaan Perkebunan
Kelapa Sawit. Jurnal Manajemen &
Agribisnis, Vol. 1 : 33-41. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
terimakasih atas materinya (SIG) Pada Kelapa Kelapa sawit
BalasHapusSISTEM INFORMASI SUMBERDAYA LAHAN
“PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) PADA PERUSAHAAN KELAPA SAWIT”
jangan lupa kunjungi website saya https://estyjulitriani.mahasiswa.atmaluhur.ac.id/ dan website kampus saya http://www.atmaluhur.ac.id
Terima kasih atas artikel Anda, sebagai referensi tambahan saya dalam mempelajari dan memahami GIS. Aplikasi GIS Kelapa Sawit ini cukup lengkap juga menurut saya, Anda juga menyertakan fitur menu yang berfungsi untuk memantau hasil inspeksi hama dan penyakit tanaman kelapa sawit pada seluruh areal perkebunan. Sehingga semua tanaman kelapa sawit dapat diawasi pertumbuhannya.
BalasHapusKunjungi website saya https://tri-aprilia.mahasiswa.atmaluhur.ac.id dan website kampus saya http://www.atmaluhur.ac.id