KARAKTERISTIK TANAH SAWAH BUKAAN BARU DI
DESA LESUNG BATU MUDA, RAWAS ULU, MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN
Program
Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas
Maret (UNS) Surakarta
ABSTRAK
Bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya kebutuhan akan lahan
untuk berbagai sector pertanian, data menunjukkan bahwa konversi lahan justru
mengalami peningkatan, dan di lain pihak pencetakan lahan pertanian baru (ekstensifikasi)
mengalami perlambatan. Teknologi pertanian mengalami kemajuan yang cukup
berarti, namun penerapan teknologi di tingkat petani berjalan relatif lambat
sehingga peningkatan produktivitas, misalnya padi, rata-rata hanya di bawah 1%
per tahun. Lahan sawah memiliki fungsi strategis, karena merupakan penyedia
bahan pangan utama bagi penduduk Indonesia. Data luas baku lahan sawah untuk
seluruh Indonesia menunjukan bahwa sekitar 41% terdapat di Jawa, dan sekitar
59% terdapat di luar Jawa. Hasil penelitian Menunjukan bawah tanah sawah bukaan
baru di Desa Lesung Batu Muda, Rawas Ulu, Musirawas, dapat di manfaatkan sebagai
lahan percetakan sawah baru dengan masa tanam dua kali dalam setahu tetapi
masih perlu banyak penambahan atau input baik berupa baerbaikan tanah dengan
penembahan pupuk organik. Dan pengelolaan tanah seperti pembuatan Teras untuk
tanah yang terlalu curam kemiringanya.
Kata
kunci: karakteristik Tanah, Input, Kandungan bahan organik.
PENDAHULUAN
Semakin
menyempitnya lahan pertanian subur karena banyak digunakan sebagai pemukiman,
perkantoran, maupun fasilitas umum lainnya, menyebabkan perlunya upaya
pemanfaatan lahan kering secara lebih intensif untuk budi daya tanaman pangan.
Perlunya peningkatan produktivitas lahan kering dipicu pula oleh adanya kondisi
gizi buruk di masyarakat, merebaknya penyakit-penyakit seperti busung lapar,
polio, deman berdarah dan lainlain penyakit berbahaya yang disebabkan oleh
kondisi tubuh yang melemah akibat kekurangan gizi. Dalam rangka mempertahankan ketahanan
pangan, usaha berikut perlu dilaksanakan secara simultan: pengendalian konversi
lahan pertanian, mencetak lahan pertanian baru dan intensifikasi sistem
pertanian dengan menerapkan teknologi yang dapat meningkatkan produktivitas dan
sekaligus mempertahankan kualitas lingkungan.
Untuk
mempertahankan ketahanan pangan nasional, beberapa usaha yang perlu
dilaksanakan secara simultan antara lain : pengendalian konversi lahan
pertanian, mencetak lahan pertanian baru dan intensifikasi sistem pertanian
dengan menerapkan teknologi yang dapat meningkatkan produktivitas dan sekaligus
mempertahankan kualitas lingkungan (Agus dan Mulyani, 2006). Walaupun secara teoritis ketahanan pangan
mengandung aspek yang sangat luas, termasuk kemampuan mengadakan bahan pangan
baik yang bersumber dari dalam maupun dari luar negeri, namun dalam berbagai
kebijakan pembangunan pertanian, usaha pencapaian ketahanan pangan sebagian
besar difokuskan pada peningkatan kemandirian (self sufficiency) pangan
terutama beras (Dariah dan Agus 2007).
Penelitian
tanah sawah bukaan baru di daerah Lesung Batu Muda, luas penggunaan lahan 215
ha, Kedalaman tanah di desa Lesung Batu ini mulai dari 20sampai 65cm dan
lapisan pembatas kebanyakan dari akar sebagai lapisan pembatasnya karena lahan
masih banyak ditanami tanaman perkebunan penduduk. Penelitian ini dilakukan
pada lahan kering. Problem yang dihadapi oleh lahan kering di luar jawa, khususnya pada tanah-tanah
Oksisol dan Ultisol adalah kekahatan hara khususnya fosfat, kemasaman tanah,
keracunan Al dan Fe, serta kadar bahan organic yang rendah (Adiningsih et al.
1996). Kendala –kendala tesebut seharusnya dicermati dalam peralihan fungsi
dari lahan kering menjadi lahan sawah bukaan baru.
BAHAN DAN METODE
A. Ketersediaan air (wa)
Ketersediaan air meliputi data curah hujan, Penentuan iklim menurut
Oldeman menggunakan dasar yang sama dengan penentuan iklim. Bulan basah dan bulan
kering dikaitkan dengan kegiatan pertanian di daerah tertentu sehingga
penggolongan iklimnya disebut juga zona agroklimat.
B. Media perakaran
Data media perakaran meliputi : tekstur tanah, bahan
kasar dan kedalaman ekfektif tanah, tekstur tanah diukur dengan metode
hidrometer di laboratorium. Bahan kasar adalah presentasi kerikil, kerakal atau
batuan pada setiap lapisan tanah. Kedalaman efektif tanah adalah kedalaman
dimana perakaran tanaman masih bisah masuk kedalam tanah.
C. Bahaya erosi (eh)
Tingkat bahaya erosi dapat diprediksi berdasarkan kondisi
lapangan, yaitu dengan cara memperhatikan adanya erosi lembar permukaan (sheet
erosion), erosi alur (rill erosion), dan erosi parit (gully
erosion).
A. Sifat kimia tanah
Table 1. Sifat Kimia tanah
No
|
Sifat kimia tanah
|
Metode
|
1
|
pH
|
pH Meter
|
2
|
Ktk
|
Elektrometrik
|
3
|
N Total
|
Mikro kjeldahl
|
4
|
P Tersedia
|
Olsen
|
5
|
K Tersedia
|
Ekstrak ammonium
asetat dengan pH 7
|
6
|
C Organik
|
Walkey and black.
|
A. Penyiapan Lahan (lp).
Data penyiapan lahan meliputi batuan di permukaan dan
singkapan batuan. Batuan di permukaan adalah batuan yang terbesar di atas
permukaan tanah dan berdiameter > 35cm (Berbentuk bulat) atau bersumbuh
memanjang > 40cm (Berbentuk gepeng) (S. Ritung 2007).
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
pengamatan
ket: A: Aktual, I: Input, P: Potensial, S1: Sangat sesuai,
S2: sesuai, S3: Cukup sesuai, N: Tidak sesuai
Gambar: Peta Kesesuaian Lahan
A. Ketersediaan air (wa)
Hujan memerankan peran sangat penting dalam siklus
hidrologi. Adapun alur siklus hidrologi ketika air hujan yang jatuh ke bumi
lalu mengalir ke sungai, laut menguap dan lalu uap tersebut berubah menjadi
embun dan karena ada perbedaan suhu sehingga terjadilah hujan lalu siklus tersebut
terus berputar.
Gambar: Rata-rata Curah hujan dari tahun 2006-20012
Data curah hujan
berdasarkan grafik diatas dapat di simpulkan bahwa rata-rata curah hujan pada
tahun 2006-2012 di Kabupaten Musirawas, musim hujan terjadi dari bulan Oktober
hingga April dan musim kemarau terjadi pada bulan Mei hingga September, dari
kesipulan diatas menurut Oldeman bahwa di Desa Lesung Batu Muda, Rawas ulu,
Musirawas dapat di Tanami dua kali tanaman padi dalam setahun yaitu masa tanam
pertama bulan Oktober hingga Desember dan masa tanam kedua bulan Februari hingga April.
A. Media perakaran
1. Tekstur
Tekstur tanah adalah sifat halus atau kadar butiran
tanah. Kasar atau halusnya tanah ditentukan oleh perbandingan antara pasir,
debu dan liat yang terdapat didalam tanah. Tanah-tanah yang bertekstur pasir,
karena butiran-butirannya berukuran lebih besar , Kesesuaian lahan di desa
lesung batu muda memiliki tekstur dengan kelas kemampuan lahan (S1) Sangat
Sesuai (highly suitable).
2. Kedalaman solum
Kedalaman efektif adalah kedalaman tanah yang masih dapat
ditembus oleh akar tanaman. Pengamatan kedalaman efektif dilakukan dengan
mengamati penyebaran akar tanaman. Banyaknya perakaran, baik akar halus maupun
akar kasar, serta dalamnya akar-akar tersebut dapat menembus tanah dan bila
tidak dijumpai akar tanaman, maka kedalaman efektif ditentukan berdasarkan
kedalaman solum tanah (Hardjowigeno, 1995). Di Desa Lesung Batu Muda, memiliki
kedalaman solum yang tidak sesuai untuk tanaman padi, karene memiliki kedalaman
solum dengan kesesuaian lahan (N) Tidak Sesuai (not suitable). Faktor
pembatas terdapat pada semua SPL yang menunjukan kedalaman tanah tidak sesuai
untuk tanaman padi karena memiliki kedalaman tanah 25-40. Sedangkan kedalaman
tanah yang efektif untuk tanaman padi adalah
>50 cm (S1), Sangat Sesuai (highly suitable).
3. Bahan kasar
Bahan kasar ini biasanya di karenakan oleh pelapukan
material baik berupa pasir, dedu, batu atau aliran lahar. Pada daerah lokasi
penelitian di Desa Lesung Batu Muda. Memiliki kesesuaian lahan yang tidak
sesuai untuk tanaman padi (Oryza Sativa). Spl 2, memiliki kesesuaian
lahan sangat tidak sesuai (N) bahan kasar mencapai > 35%. Sedangkan pada Spl
1, memiliki kesesuaian lahan kurang sesuai yaitu (S3), bahan kasar mencapai
15-35%. Dari data di atas
agar tanaman padi dapat tumbuh dengan baik maka memerlukan memperbaiki saluran irigasi agar dapat mengalirkan air irigasi ke petak sawah pada
saat pengolahan tanah. Bahan timbunan dibajak dan diaduk rata dengan tanah asli
sehinga memperoleh kondisi tanah sawah seperti semula. Dan penambahan bahan
organik.
B. Lereng
Lereng tanah adalah salah satu pokok terpenting dalam
penlaian kesesuaian lahan untuk beberapa komoditi tidak terkecuali tanaman padi
(Oryza Sativa). Tanaman padi sangat membutuhkan air, sehingga membutuhkan tanah yang datar untuk menahan
air agar tidak tererosi. Lereng di daerah penelitian keseuaian lahannya ada
yang sesuai (S1) pada SPL 1, sedangakan kesesuaian lahan cukup sesuai (S3)
terdapat di SPL 2, Perbaikan Pada kemiringan dalam kategori tidak sesuai (S3),
lereng yang tidak sesuai di sebabkan oleh lahan kemiringan yang curam sehingga
tanah mudah tererosi dan kedalaman tanahnya dangkal. jika di gunakan untuk
tanaman padi sawah maka di perlukan pembuatan teras bangku (tangga)
(Hardjowigeno 2010).
C. Sifat kimia tanah
1. Bahan Organik
Bahan
organik merupakan bahan-bahan yang dapat diperbaharui, didaur ulang, dirombak
oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur yang dapat digunakan oleh tanaman
tanpa mencemari tanah dan air. Sebagai akibatnya bahan tersebut berubah terus
dan tidak mantap sehingga harus selalu diperbaharui melalui penambahan
sisa-sisa tanaman atau binatang (Agrica, 2008). di desa lesung batu memiiki
kesesuaian lahan (S3), Kurang Sesuai (marginally
suitable), pada kedua SPL, karena kandungan bahan organik < 2.5 hali ini
di karenakan tanah di desa lesung batu muda berjenis tanah podsoloik merah
kuning tanah ini memiliki unsure hara yang rendah dan biasa terdapat di daerah
pegunungan. Salah satu cara untuk mananggulangi kekurangan bahan organik di
desa leung batu muda ini yaitu dengan cara pemupukan yang rutin dan Salah satu
teknologi yang bisa digunakan untuk menanggulangi berbagai kekurangan tanah
jenis podsolik adalah dengan bertani secara organik.
2. K tersedia
Kalium
merupakan satu-satunya kation monovalen yang esensial bagi tanaman. Peranan
utama kalium dalam tanaman ialah sebagai aktivator berbagai enzim. Kalium
sangat penting sekali dalam proses metabolisme dan mempunyai pengaruh khusus
dalam absorbsi hara, pengaturan pernafasan, transpirasi, kerja enzim dan
berfungsi untuk meningkatkan resistensi tanah terhadap serangan hama dan
penyakit. (Hakim, dkk, 1986). Dari data hasil laboratorium dapat dilihat bahwa
kandungan K tersedia pada daerah yaitu sesuai untuk tanaman padi karene
memiliki kesesuaian lahan S1.
3. P tersedia
Fosfor
(P) termasuk unsur hara makro yang sangat penting untuk pertumbuhan tanaman,
namun kandungannya di dalam tanaman lebih rendah dibanding nitrogen (N), dan
kalium (K). Tanaman menyerap P dari tanah dalam bentuk ion fosfat, terutama
H2PO4 dan HPO42 yang terdapat dalam
larutan tanah. Ion H2PO4 lebih banyak dijumpai pada tanah yang lebih masam,
sedangkan pada pH yang lebih tinggi (>7) bentuk HPO42 lebih dominan. Di samping ion-ion tersebut,
tanaman dapat menyerap P dalam bentuk asam nukleat, fitin, dan fosfohumat
(Hanafiah KA, 2007 ). kandungan unsur hara fosfor (P) memasuki kesesuaian lahan
(S1), Sangat Sesuai (highly suitable). Ini di karenakan pH tanah. pH
tanah sangat berpengaruh terhadap ketersedian P tanah. Pada tanah masam, P
bersenyawa dalam bentuk-bentuk Al-P dan Fe-P, sedangkan pada tanah bereaksi
basa umumnya P bersenyawa sebagai Ca-P. Adanya pengikatan-pengikatan P tersebut
menyebabkan pupuk P yang diberikan menjadi tidak efisien, sehingga perlu
diberikan dalam takaran tinggi.
4. N total
Begitu
besarnya peranan N bagi tanaman, maka ketersediaan unsure N sangat diperhatikan sekali oleh para petani. Surnber
N utama tanah adalah dari bahan organik melalui proses mineralisasi NH4+ dan
NO3Ø (Sanchez, 1976: Megel dan Kirkby, 1982). Kandungan N di desa lesung batu
ini sangat rendah dengan kesesuaian lahan (S3) Kurang Sesuai (marginally suitable), yaitu (0.05-0.1),
pada Kedua titik SPL. Ketersediaan Nitrogen di dalam tanah ada keterkaitan
dengan kandungan bahan organic dalam tanah. Bahan organik merupakan sumber
nitrogen yang utama di dalam tanah. Selain dari bahan organik, nitrogen dalam
tanah juga berasal dari pengikatan oleh mikroorganisme dan nitrogen udara,
antara lain: bersimbiosis dengan tanaman leguminosa, yaitu oleh bakteri bintil
akar atau Rhizobium, dan bakteri yang hidup bebas (nonsimbiotik), yaitu: Azotobacter
(aerobic) dan Clostridium (anaerobic), serta berasal dari pupuk, misalnya Urea, ZA dan
lain-lain, dan juga hujan (Hardjowigeno, 2003).
5. C organic
Kandungan
C organic di desa lesung batu muda pada Kedua SPL memiliki tingkat keseuaian
lahan tingkat (N) Tidak Sesuai (not
suitable) yaitu >4%. Untuk SPL yang meliki kesesuaian lahan (N) perlu
perbaikan atau input yang harus di berikan yakni dengan menambahkan pupuk
organik dengan penambahan pupuk organik, kandungan C orgnik akan bertambah.
Indikator respon peningkatan bahan organik tanah pada tanah masam tertinggi
adalah terhadap produksi bahan kering hijauan diikuti serapan nitrogen dan
tinggi tanaman. Kandungan protein kasar hijauan dan kandungan khlorofil juga
menunjukkan indikasi nilai rata-rata tertinggi dibanding perlakuan lainnya.
Hasil penelitian sebelumnya (Sumarsono, 2005) menunjukkan bahwa tingkat
peningkatan produksi hijauan terlihat sangat tinggi akibat peningkatan
kandungan bahan organik tanah, yaitu mencapai 212,98 % setiap penambahan 1 % C
organik tanah.
6. KTK liat
Kapasitas
tukar kation (KTK) suatu tanah dapat didifinisikan adalahsebagai suatu
kemampuan koloid tanah menjerap dan mempertukarkan kation. Kapasitas Tukar
Kation merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan
tanah. Tanah dengan KTK tinggi mampu menyerap dan menyediakan unsur hara lebih
baik daripada tanah dengan KTK rendah. Karena unsur hara terdapat pada kompleks
jerapan koloid maka unsur-unsur hara tersebut tidak mudah tercuci.
Ktk liat
pada tanah di Desa Lesung Batu muda ini baik yaitu > 16 cmol (S1). Hal ini
di karenakan tekstur tanah yang baik tanah bertekstur liat maka dari itu KTK
liat di Desa Lesung Batu muda Memiliki kesesuaian lahan Sesuai untuk tanaman
padi.
D. Penyiapan Lahan (lp).
1. Batuan di permukaan
Terdapatnya
batu-batuan baik dipermukaan maupun di dalam tanah dapat mengganggu perakaran tanaman serta mengurangi
kemampuan tanah untuk berbagai penggunaan. Maka dari itu batuan di permukaan sangat perlu di
perhatikan. Dari hasil pengamatan di lapangan batuan permukaan di desa lesung
batu muda, ada 2 kesesuaian lahan pada kedua Titik SPL memiliki kelas
kesesuaian lahan (S1), Sangat Sesuai (highly suitable).
2. Singkapan batuan
Singkapan batuan
adalah batuan yang terungkap di atas permukaan tanah yang merupakan bagian dari
batuan besar yang terbenam di dalam tanah. Batuan di permukaan di kedua SPL
memiliki kesesuaian lahan (S1) Sangat Sesuai (highly suitable).
KESIMPULAN DAN SARAN
Hasil penelitian Menunjukan
bawah tanah sawah bukaan baru di Desa Lesung Batu Muda, Rawas Ulu, Musirawas, Dapat
di gunakan sebagai lahan sawah dengan masa tanam dua kali dalam setahun tetapi masih
perlu banyak penambahan atau input perbaikan tanah dengan menambahkan pupuk
organik. Dan pengelolaan tanah seperti pembuatan Teras untuk tanah yang terlalu
curam kemiringanya. Sarannya perlu di lakukan penelitian yang lebih komplek dan
lebih menyeluruh dalam variabel-variabel yang di ukur dalam penentuan klasifikasi
penggunaan lahan sawah bukaan baru, dan lebih baik penelitian di lakukan di
daerah dekat dengan lokasi pengambilan sampel agar muda untuk mendapatkan data
data lapangan dan data klimatologi secara keseluruan dan terbaru.
DAFTAR PUSTAKA
Adiningsih JS, Prihatini T, Purwani J, Kentjanasari
A. 1997. Developmentof integrated fertilizer management to sustain food crop
production inIndonesia: The use of organic and biofertilizers. Indonesian
AgriculturalResearch and Development Journal 19: 57-66.
Agus, F, Mulyani A. 2006. Judicious use
of land resources for sustaining Indonesian rice self sufficiency. Rice
Industry, Culture and Environment, Book 1. Indonesian Center for Rice Research,
Sukamandi, Indonesia.
Dariah A, Agus A. 2007. Pengelolaan Sifat
Fisik Tanah Sawah bukaan Baru dalam : Tanah Sawah Bukaan Baru halaman 107- 130.
Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor.
Hakim, Nurhajati, Yusuf Nyakpa, Lubis AM,
Sutopo Ghani Nugroho, Amin Diha M, Go Ban Hong, Bailey HH. 1986. Dasar-Dasar
Ilmu Tanah. Universitas Lampung: Lampung.
Hanafiah. 2005. Tanah Sawah. http://repository.usu.ac.id.
Diakses pada tanggal 3 November 2011
Hardjowigeno S. 1995. Ilmu Tanah.
Akademika pressindo. Jakarta.
Hardjowigeno S. 2003. Ilmu Tanah.
Akademika Pressindo, Jakarta.
Hardjowigeno S. 2010. Ilmu Tanah.
Akademika Pressindo, Jakarta.
Ritung S, Nata Suharta. 2007. Sebaran dan
potensi pengembangan lahan sawah bukaan baru, halaman 5-24. Tanah sawah bukaan
baru. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.
Bogor.
Sumarsono. 2005. Peranan pupuk organic untuk perbaikan
penampilan dan produksi hijauan rumput gajah pada tanah cekaman salinitas dan
kemasaman Makalah disajikan Pada Seminar Prospek Pengembangan Peternakan Tampa
Limbah, Jurusan Produksi Ternak Fakultas
Pertanian UNS, Surakarta 5 September 2005.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar