Sabtu, 10 Januari 2015

KARAKTERISTIK TANAH SAWAH BUKAAN BARU

KARAKTERISTIK TANAH SAWAH BUKAAN BARU DI DESA LESUNG BATU MUDA, RAWAS ULU, MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN
Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta
ABSTRAK
Bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya kebutuhan akan lahan untuk berbagai sector pertanian, data menunjukkan bahwa konversi lahan justru mengalami peningkatan, dan di lain pihak pencetakan lahan pertanian baru (ekstensifikasi) mengalami perlambatan. Teknologi pertanian mengalami kemajuan yang cukup berarti, namun penerapan teknologi di tingkat petani berjalan relatif lambat sehingga peningkatan produktivitas, misalnya padi, rata-rata hanya di bawah 1% per tahun. Lahan sawah memiliki fungsi strategis, karena merupakan penyedia bahan pangan utama bagi penduduk Indonesia. Data luas baku lahan sawah untuk seluruh Indonesia menunjukan bahwa sekitar 41% terdapat di Jawa, dan sekitar 59% terdapat di luar Jawa. Hasil penelitian Menunjukan bawah tanah sawah bukaan baru di Desa Lesung Batu Muda, Rawas Ulu, Musirawas, dapat di manfaatkan sebagai lahan percetakan sawah baru dengan masa tanam dua kali dalam setahu tetapi masih perlu banyak penambahan atau input baik berupa baerbaikan tanah dengan penembahan pupuk organik. Dan pengelolaan tanah seperti pembuatan Teras untuk tanah yang terlalu curam kemiringanya.
Kata kunci: karakteristik Tanah, Input, Kandungan bahan organik.
PENDAHULUAN
Semakin menyempitnya lahan pertanian subur karena banyak digunakan sebagai pemukiman, perkantoran, maupun fasilitas umum lainnya, menyebabkan perlunya upaya pemanfaatan lahan kering secara lebih intensif untuk budi daya tanaman pangan. Perlunya peningkatan produktivitas lahan kering dipicu pula oleh adanya kondisi gizi buruk di masyarakat, merebaknya penyakit-penyakit seperti busung lapar, polio, deman berdarah dan lainlain penyakit berbahaya yang disebabkan oleh kondisi tubuh yang melemah akibat kekurangan gizi. Dalam rangka mempertahankan ketahanan pangan, usaha berikut perlu dilaksanakan secara simultan: pengendalian konversi lahan pertanian, mencetak lahan pertanian baru dan intensifikasi sistem pertanian dengan menerapkan teknologi yang dapat meningkatkan produktivitas dan sekaligus mempertahankan kualitas lingkungan.
Untuk mempertahankan ketahanan pangan nasional, beberapa usaha yang perlu dilaksanakan secara simultan antara lain : pengendalian konversi lahan pertanian, mencetak lahan pertanian baru dan intensifikasi sistem pertanian dengan menerapkan teknologi yang dapat meningkatkan produktivitas dan sekaligus mempertahankan kualitas lingkungan (Agus dan Mulyani, 2006).  Walaupun secara teoritis ketahanan pangan mengandung aspek yang sangat luas, termasuk kemampuan mengadakan bahan pangan baik yang bersumber dari dalam maupun dari luar negeri, namun dalam berbagai kebijakan pembangunan pertanian, usaha pencapaian ketahanan pangan sebagian besar difokuskan pada peningkatan kemandirian (self sufficiency) pangan terutama beras (Dariah dan Agus  2007).
Penelitian tanah sawah bukaan baru di daerah Lesung Batu Muda, luas penggunaan lahan 215 ha, Kedalaman tanah di desa Lesung Batu ini mulai dari 20sampai 65cm dan lapisan pembatas kebanyakan dari akar sebagai lapisan pembatasnya karena lahan masih banyak ditanami tanaman perkebunan penduduk. Penelitian ini dilakukan pada lahan kering. Problem yang dihadapi oleh lahan kering  di luar jawa, khususnya pada tanah-tanah Oksisol dan Ultisol adalah kekahatan hara khususnya fosfat, kemasaman tanah, keracunan Al dan Fe, serta kadar bahan organic yang rendah (Adiningsih et al. 1996). Kendala –kendala tesebut seharusnya dicermati dalam peralihan fungsi dari lahan kering menjadi lahan sawah bukaan baru.
BAHAN DAN METODE
A.   Ketersediaan air (wa)
Ketersediaan air meliputi data curah hujan, Penentuan iklim menurut Oldeman menggunakan dasar yang sama dengan penentuan iklim. Bulan basah dan bulan kering dikaitkan dengan kegiatan pertanian di daerah tertentu sehingga penggolongan iklimnya disebut juga zona agroklimat.
B.   Media perakaran
Data media perakaran meliputi : tekstur tanah, bahan kasar dan kedalaman ekfektif tanah, tekstur tanah diukur dengan metode hidrometer di laboratorium. Bahan kasar adalah presentasi kerikil, kerakal atau batuan pada setiap lapisan tanah. Kedalaman efektif tanah adalah kedalaman dimana perakaran tanaman masih bisah masuk kedalam tanah.
C.   Bahaya erosi (eh)
Tingkat bahaya erosi dapat diprediksi berdasarkan kondisi lapangan, yaitu dengan cara memperhatikan adanya erosi lembar permukaan (sheet erosion), erosi alur (rill erosion), dan erosi parit (gully erosion).
A.   Sifat kimia tanah
Table 1. Sifat Kimia tanah
No
Sifat kimia tanah
Metode
1
pH
pH Meter
2
Ktk
Elektrometrik
3
N Total
Mikro kjeldahl
4
P Tersedia
Olsen
5
K Tersedia
Ekstrak ammonium asetat dengan pH 7
6
C Organik
Walkey and black.

A.   Penyiapan Lahan (lp).
Data penyiapan lahan meliputi batuan di permukaan dan singkapan batuan. Batuan di permukaan adalah batuan yang terbesar di atas permukaan tanah dan berdiameter > 35cm (Berbentuk bulat) atau bersumbuh memanjang > 40cm (Berbentuk gepeng) (S. Ritung 2007).
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.   Hasil pengamatan
ket: A: Aktual, I: Input, P: Potensial, S1: Sangat sesuai, 
S2: sesuai, S3: Cukup sesuai, N: Tidak sesuai 
Gambar: Peta Kesesuaian Lahan
A.   Ketersediaan air (wa)
Hujan memerankan peran sangat penting dalam siklus hidrologi. Adapun alur siklus hidrologi ketika air hujan yang jatuh ke bumi lalu mengalir ke sungai, laut menguap dan lalu uap tersebut berubah menjadi embun dan karena ada perbedaan suhu sehingga terjadilah hujan lalu siklus tersebut terus berputar.
Gambar: Rata-rata Curah hujan dari tahun 2006-20012
Data curah hujan berdasarkan grafik diatas dapat di simpulkan bahwa rata-rata curah hujan pada tahun 2006-2012 di Kabupaten Musirawas, musim hujan terjadi dari bulan Oktober hingga April dan musim kemarau terjadi pada bulan Mei hingga September, dari kesipulan diatas menurut Oldeman bahwa di Desa Lesung Batu Muda, Rawas ulu, Musirawas dapat di Tanami dua kali tanaman padi dalam setahun yaitu masa tanam pertama bulan Oktober hingga Desember dan masa tanam kedua  bulan Februari hingga April.
A.   Media perakaran
1.   Tekstur
Tekstur tanah adalah sifat halus atau kadar butiran tanah. Kasar atau halusnya tanah ditentukan oleh perbandingan antara pasir, debu dan liat yang terdapat didalam tanah. Tanah-tanah yang bertekstur pasir, karena butiran-butirannya berukuran lebih besar , Kesesuaian lahan di desa lesung batu muda memiliki tekstur dengan kelas kemampuan lahan (S1) Sangat Sesuai (highly suitable).
2.   Kedalaman solum
Kedalaman efektif adalah kedalaman tanah yang masih dapat ditembus oleh akar tanaman. Pengamatan kedalaman efektif dilakukan dengan mengamati penyebaran akar tanaman. Banyaknya perakaran, baik akar halus maupun akar kasar, serta dalamnya akar-akar tersebut dapat menembus tanah dan bila tidak dijumpai akar tanaman, maka kedalaman efektif ditentukan berdasarkan kedalaman solum tanah (Hardjowigeno, 1995). Di Desa Lesung Batu Muda, memiliki kedalaman solum yang tidak sesuai untuk tanaman padi, karene memiliki kedalaman solum dengan kesesuaian lahan (N) Tidak Sesuai (not suitable). Faktor pembatas terdapat pada semua SPL yang menunjukan kedalaman tanah tidak sesuai untuk tanaman padi karena memiliki kedalaman tanah 25-40. Sedangkan kedalaman tanah yang efektif untuk tanaman padi adalah  >50 cm (S1), Sangat Sesuai (highly suitable).
3.   Bahan kasar
Bahan kasar ini biasanya di karenakan oleh pelapukan material baik berupa pasir, dedu, batu atau aliran lahar. Pada daerah lokasi penelitian di Desa Lesung Batu Muda. Memiliki kesesuaian lahan yang tidak sesuai untuk tanaman padi (Oryza Sativa). Spl 2, memiliki kesesuaian lahan sangat tidak sesuai (N) bahan kasar mencapai > 35%. Sedangkan pada Spl 1, memiliki kesesuaian lahan kurang sesuai yaitu (S3), bahan kasar mencapai 15-35%. Dari data di atas agar tanaman padi dapat tumbuh dengan baik maka memerlukan  memperbaiki saluran irigasi agar dapat  mengalirkan air irigasi ke petak sawah pada saat pengolahan tanah. Bahan timbunan dibajak dan diaduk rata dengan tanah asli sehinga memperoleh kondisi tanah sawah seperti semula. Dan penambahan bahan organik.
B.   Lereng
Lereng tanah adalah salah satu pokok terpenting dalam penlaian kesesuaian lahan untuk beberapa komoditi tidak terkecuali tanaman padi (Oryza Sativa). Tanaman padi sangat membutuhkan air, sehingga  membutuhkan tanah yang datar untuk menahan air agar tidak tererosi. Lereng di daerah penelitian keseuaian lahannya ada yang sesuai (S1) pada SPL 1, sedangakan kesesuaian lahan cukup sesuai (S3) terdapat di SPL 2, Perbaikan Pada kemiringan dalam kategori tidak sesuai (S3), lereng yang tidak sesuai di sebabkan oleh lahan kemiringan yang curam sehingga tanah mudah tererosi dan kedalaman tanahnya dangkal. jika di gunakan untuk tanaman padi sawah maka di perlukan pembuatan teras bangku (tangga) (Hardjowigeno 2010).
C.   Sifat kimia tanah
1.    Bahan Organik
Bahan organik merupakan bahan-bahan yang dapat diperbaharui, didaur ulang, dirombak oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur yang dapat digunakan oleh tanaman tanpa mencemari tanah dan air. Sebagai akibatnya bahan tersebut berubah terus dan tidak mantap sehingga harus selalu diperbaharui melalui penambahan sisa-sisa tanaman atau binatang (Agrica, 2008). di desa lesung batu memiiki kesesuaian lahan (S3), Kurang Sesuai (marginally suitable), pada kedua SPL, karena kandungan bahan organik < 2.5 hali ini di karenakan tanah di desa lesung batu muda berjenis tanah podsoloik merah kuning tanah ini memiliki unsure hara yang rendah dan biasa terdapat di daerah pegunungan. Salah satu cara untuk mananggulangi kekurangan bahan organik di desa leung batu muda ini yaitu dengan cara pemupukan yang rutin dan Salah satu teknologi yang bisa digunakan untuk menanggulangi berbagai kekurangan tanah jenis podsolik adalah dengan bertani secara organik.
2.    K tersedia
Kalium merupakan satu-satunya kation monovalen yang esensial bagi tanaman. Peranan utama kalium dalam tanaman ialah sebagai aktivator berbagai enzim. Kalium sangat penting sekali dalam proses metabolisme dan mempunyai pengaruh khusus dalam absorbsi hara, pengaturan pernafasan, transpirasi, kerja enzim dan berfungsi untuk meningkatkan resistensi tanah terhadap serangan hama dan penyakit. (Hakim, dkk, 1986). Dari data hasil laboratorium dapat dilihat bahwa kandungan K tersedia pada daerah yaitu sesuai untuk tanaman padi karene memiliki kesesuaian lahan S1.
3.    P tersedia
Fosfor (P) termasuk unsur hara makro yang sangat penting untuk pertumbuhan tanaman, namun kandungannya di dalam tanaman lebih rendah dibanding nitrogen (N), dan kalium (K). Tanaman menyerap P dari tanah dalam bentuk ion fosfat, terutama H2PO4  dan HPO42 yang terdapat dalam larutan tanah. Ion H2PO4 lebih banyak dijumpai pada tanah yang lebih masam, sedangkan pada pH yang lebih tinggi (>7) bentuk HPO42  lebih dominan. Di samping ion-ion tersebut, tanaman dapat menyerap P dalam bentuk asam nukleat, fitin, dan fosfohumat (Hanafiah KA, 2007 ). kandungan unsur hara fosfor (P) memasuki kesesuaian lahan (S1), Sangat Sesuai (highly suitable). Ini di karenakan pH tanah. pH tanah sangat berpengaruh terhadap ketersedian P tanah. Pada tanah masam, P bersenyawa dalam bentuk-bentuk Al-P dan Fe-P, sedangkan pada tanah bereaksi basa umumnya P bersenyawa sebagai Ca-P. Adanya pengikatan-pengikatan P tersebut menyebabkan pupuk P yang diberikan menjadi tidak efisien, sehingga perlu diberikan dalam takaran tinggi.
4.    N total
Begitu besarnya peranan N bagi tanaman, maka ketersediaan unsure N sangat  diperhatikan sekali oleh para petani. Surnber N utama tanah adalah dari bahan organik melalui proses mineralisasi NH4+ dan NO3Ø (Sanchez, 1976: Megel dan Kirkby, 1982). Kandungan N di desa lesung batu ini sangat rendah dengan kesesuaian lahan (S3) Kurang Sesuai (marginally suitable), yaitu (0.05-0.1), pada Kedua titik SPL. Ketersediaan Nitrogen di dalam tanah ada keterkaitan dengan kandungan bahan organic dalam tanah. Bahan organik merupakan sumber nitrogen yang utama di dalam tanah. Selain dari bahan organik, nitrogen dalam tanah juga berasal dari pengikatan oleh mikroorganisme dan nitrogen udara, antara lain: bersimbiosis dengan tanaman leguminosa, yaitu oleh bakteri bintil akar atau Rhizobium, dan bakteri yang hidup bebas (nonsimbiotik), yaitu: Azotobacter (aerobic) dan Clostridium (anaerobic), serta berasal dari pupuk, misalnya Urea, ZA dan lain-lain, dan juga hujan (Hardjowigeno, 2003).
5.    C organic
Kandungan C organic di desa lesung batu muda pada Kedua SPL memiliki tingkat keseuaian lahan tingkat (N) Tidak Sesuai (not suitable) yaitu >4%. Untuk SPL yang meliki kesesuaian lahan (N) perlu perbaikan atau input yang harus di berikan yakni dengan menambahkan pupuk organik dengan penambahan pupuk organik, kandungan C orgnik akan bertambah. Indikator respon peningkatan bahan organik tanah pada tanah masam tertinggi adalah terhadap produksi bahan kering hijauan diikuti serapan nitrogen dan tinggi tanaman. Kandungan protein kasar hijauan dan kandungan khlorofil juga menunjukkan indikasi nilai rata-rata tertinggi dibanding perlakuan lainnya. Hasil penelitian sebelumnya (Sumarsono, 2005) menunjukkan bahwa tingkat peningkatan produksi hijauan terlihat sangat tinggi akibat peningkatan kandungan bahan organik tanah, yaitu mencapai 212,98 % setiap penambahan 1 % C organik tanah. 
6.    KTK liat
Kapasitas tukar kation (KTK) suatu tanah dapat didifinisikan adalahsebagai suatu kemampuan koloid tanah menjerap dan mempertukarkan kation. Kapasitas Tukar Kation merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi mampu menyerap dan menyediakan unsur hara lebih baik daripada tanah dengan KTK rendah. Karena unsur hara terdapat pada kompleks jerapan koloid maka unsur-unsur hara tersebut tidak mudah tercuci.
Ktk liat pada tanah di Desa Lesung Batu muda ini baik yaitu > 16 cmol (S1). Hal ini di karenakan tekstur tanah yang baik tanah bertekstur liat maka dari itu KTK liat di Desa Lesung Batu muda Memiliki kesesuaian lahan Sesuai untuk tanaman padi. 
D.   Penyiapan Lahan (lp).
1.   Batuan di permukaan
Terdapatnya batu-batuan baik dipermukaan maupun di dalam tanah dapat  mengganggu perakaran tanaman serta mengurangi kemampuan tanah untuk berbagai penggunaan. Maka dari itu  batuan di permukaan sangat perlu di perhatikan. Dari hasil pengamatan di lapangan batuan permukaan di desa lesung batu muda, ada 2 kesesuaian lahan pada kedua Titik SPL memiliki kelas kesesuaian lahan (S1), Sangat Sesuai (highly suitable).
2.   Singkapan batuan
Singkapan batuan adalah batuan yang terungkap di atas permukaan tanah yang merupakan bagian dari batuan besar yang terbenam di dalam tanah. Batuan di permukaan di kedua SPL memiliki kesesuaian lahan (S1) Sangat Sesuai (highly suitable).
KESIMPULAN DAN SARAN
Hasil penelitian Menunjukan bawah tanah sawah bukaan baru di Desa Lesung Batu Muda, Rawas Ulu, Musirawas, Dapat di gunakan sebagai lahan sawah dengan masa tanam dua kali dalam setahun tetapi masih perlu banyak penambahan atau input perbaikan tanah dengan menambahkan pupuk organik. Dan pengelolaan tanah seperti pembuatan Teras untuk tanah yang terlalu curam kemiringanya. Sarannya perlu di lakukan penelitian yang lebih komplek dan lebih menyeluruh dalam variabel-variabel yang di ukur dalam penentuan klasifikasi penggunaan lahan sawah bukaan baru, dan lebih baik penelitian di lakukan di daerah dekat dengan lokasi pengambilan sampel agar muda untuk mendapatkan data data lapangan dan data klimatologi secara keseluruan dan terbaru.

DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih JS, Prihatini T, Purwani J, Kentjanasari A. 1997. Developmentof integrated fertilizer management to sustain food crop production inIndonesia: The use of organic and biofertilizers. Indonesian AgriculturalResearch and Development Journal 19: 57-66.
Agus, F, Mulyani A. 2006. Judicious use of land resources for sustaining Indonesian rice self sufficiency. Rice Industry, Culture and Environment, Book 1. Indonesian Center for Rice Research, Sukamandi, Indonesia.
Dariah A, Agus A. 2007. Pengelolaan Sifat Fisik Tanah Sawah bukaan Baru dalam : Tanah Sawah Bukaan Baru halaman 107- 130. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor.
Hakim, Nurhajati, Yusuf Nyakpa, Lubis AM, Sutopo Ghani Nugroho, Amin Diha M, Go Ban Hong, Bailey HH. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung: Lampung.
Hanafiah. 2005. Tanah Sawah. http://repository.usu.ac.id. Diakses pada tanggal 3 November 2011
Hardjowigeno S. 1995. Ilmu Tanah. Akademika pressindo. Jakarta.
Hardjowigeno S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta.
Hardjowigeno S. 2010. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta.
Ritung S, Nata Suharta. 2007. Sebaran dan potensi pengembangan lahan sawah bukaan baru, halaman 5-24. Tanah sawah bukaan baru. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor.
Sumarsono. 2005.  Peranan pupuk organic untuk perbaikan penampilan dan produksi hijauan rumput gajah pada tanah cekaman salinitas dan kemasaman Makalah disajikan Pada Seminar Prospek Pengembangan Peternakan Tampa Limbah, Jurusan Produksi Ternak  Fakultas Pertanian UNS, Surakarta 5 September 2005.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar